BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teknologi pendidikan merupakan konsep yang kompleks.Ia dapat dikaji dari
berbagai segi dan kepentingan. Kecuali itu teknologi pendidikan sebagai suatu
bidang kajian ilmiah, senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi yang mendukung dan mempengaruhinya.Teknologi pendidikan selalu
dikaitkan dengan adanya peralatan terutama yang berupa ruparungu (audiovisual).
Peralatan inipun hanya berfungsi sebagai alat bantu guru dalam mengajar. Oleh
karena itu istilah ”teknologi pendidikan” dipersempit menjadi ”teknologi
pembelajaran”. Berdasarkan perkembangan paradigma yang terakhir ini, maka
definisi teknologi pembelajaran adalah teori dan praktik dalam merancang,
mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses dan sumber untuk
belajar. Secara operasional teknologi pendidikan dapat dikatakan sebagai proses
yang bersistem dalam membantu memecahkan masalah belajar pada manusia. Kegiatan
yang bersistem mengandung dua arti, yaitu pertama yang sistemik atau beraturan,
dan kedua yang sistemik atau beracuan pada konsep system.[1]
Oleh karena itu konsepsi system pembelajaran sangat perlu dilakukan agar
tercapai apa yang menjadi sebuah target kesuksesan dalam belajar. Untuk lebih
jelasnya mengenai konsep tersebut akan di bahas penulis pada bab berikutnya.
B.
Rumusan Masalah
1. Ruang Lingkup Konseps Pembelajaran?
2. Bentuk Konsepsi sitem pembelajaran?
3. Konsepsi Dan Penerapan Sistem Belajar Mandiri?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Ruang Lingkup Konsep Pembelajaran
Dalam konsep teknologi pendidikan, dibedakan istilah pembelajaran
(instruction) dan pengajaran (teaching).Pembelajaran, disebut juga kegiatan
pembelajaran instruksional, adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja
agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi
tertentu.Sedangkan pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan
pengalaman belajar kepada peserta didik yang biasanya berlangsung dalam situasi
resmi atau formal.
Reigeluth dan Merrill (1983) berpendapat bahwa pembelajaran sebaiknya
didasarkan pada teori pembelajaran yang bersifat preskiptif, yaitu teori yang
memberikan ”resep” untuk mengatasi masalah belajar. Teori pembelajarn yang
prespektif itu harus memerhatikan tiga variabel, yaitu variabel kondisi,
metode, dan hasil. Kerangka teori instruksional itu dapat digambarkan sebagai
berikut :
1.
Kondisi Karakteristik Pelajaran
2.
Karakteristik Siswa Pembelajaran
3.
Tujuan Hambatan
4.
Metode Pengorganisasian Bahan Pelajaran
5.
Strategi Penyampaian
6.
Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
Karakteristik siswa meliputi pola kehidupan sehari-hari,
keadaan sosial ekonomi, kemampuan membaca, dan sebagainya.Karakteristik
pelajaran meliputi tujuan apa yang ingin dicapai dalam pelajaran
tersebut, dan apa Tujuanhambatan
untuk pencapaian itu. Misalnya saja kemampuan berbahasa
Inggris yang umumnya lemah merupakan hambatan untuk mempelajari teks berbahasa
Inggris.Pengorganisasiaan bahan pelajaran, meliputi antara lain
bagaimana merancang bahan untuk keperluan belajar mandiri. Strategi
penyampaian meliputi pertimbangan panggunaan media apa untuk menyajikan
nya, siapa dan atau apa yang akan menyajikan, dan sebagainya. Sedang
pengelolaan kegiatan meliputi keputusan untuk mengembangkan dan
mengelola serta dan bagaimana digunakannya bahan pelajaran dan strategi
penyampaian. Berdasarkan kerangka teori itu setiap metode pembelajaran harus
mengandung rumusan pengorganiasasian, bahan pelajaran, strategi penyampaian,
dan pengelolaan kegiatan, dengan memerhatikan faktor tujuan belajar, hambatan
belajar, karakteristik siswa, agar dapat diperoleh efektivitas, efisiensi, dan
daya tarik pembelajaran.[2]
B..Bentuk
Konsepsi Sistem Pembelajaran
Secara operasional teknologi pendidikan dapat dikatakan sebagai proses
yang bersistem dalam membantu memecahkan masalah belajar pada manusia. Kegiatan
yang bersistem mengandung dua arti, yaitu pertama yang sistemik atau beraturan,
dan kedua yang sistemik atau beracuan pada konsep sistem. Kegiatan yang
beraturan adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan dengan
langkah-langkah mengkaji kebutuhan itu sendiri terlebih dahulu, kemudian
merumuskan tujuan, mengidentifikasikan kemungkinan pencapaian tujuan dengan
mempertimbangkan kendala yang ada, menentukan kriteria pemilihan kemungkinan,
memilih kemungkinan yang terbaik, mengembangkan dan menguji cobakan kemungkinan
yang dipilih, melaksanakan hasil pengembangan dan mengevaluasi keseluruhan
kegiatan maupun hasilnya.
Pendekatan yang sistemik adalah yang memandang segala sesuatu sebagai
sesuatu yang menyeluruuh (komprehensif) dengan segala komponen yang saling terintegrasi.Keseluruhan
itu lebih bermakna dari sekadar penjumlahan komponen-komponen. Tiap komponen
mempunyai fungsi sendiri, dan perubahan pada tiap komponen akan mempengaruhi
komponen lain serta sistem sebagai keseluruhan. Pendekatan ini juga memperhatikan
bahwa pendidikan sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai lapis sistem:
makro, meso dan mikro. Pendidikan di dalam kelas merupakan lapis terbawah atau
terkecil atau suatu sistem mikro.Sedangkan pendidikan nasional merupakan sistem
makro atau yang paling atas.Masalah belajar yang dipecahkan banyak ragamnya.
Usaha ini
dapat dilakukan oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki kemampuan dan
kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang
diperlukan.
Pengertian ini
dibedakan dengan pengajaran yang telah terlanjur mengandung arti sebagai
penyajian bahan ajaran yang dilakukan oleh seseorang pengajar. Pembelajaran
tidak harus diberikan oleh pengajar, karena kegiatan itu dapat dilakukan oleh
perancang dan pengembang sumber belajar, misalnya seorang teknolog pembelajaran
atau suatu tim terdiri dari ahli media dan ahli materi ajaran tertentu.
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat terjadi dari upaya berbagai komponen
dan salah satunya adalah strategi pembelajaran, yang menjadi salah satu bahan
kajian dalam teknologi pendidikan.
Semua bentuk teknologi adalah sistem yang diciptakan manusia untuk
sesuatu tujuan tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia dalam
memperingan usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber
daya yang ada. Setiap teknologi, tidak terkecuali teknologi pendidikan,
merupakan proses untuk menghasilkan nilai tambah, sebagai produk atau piranti
untuk dapat digunakan dalam aneka keperluan, dan sebagai sistem yang terdiri
atas berbagai komponen yang saling berkaitan untuk suatu tujuan tertentu.
Melihat penjelasan diatas untuk itu penulis mengakat tema ”Strategi
Pembelajaran dengan Konsep Dasar Pola Sistem Belajar Mandiri”. Dengan tujuan
penulisan untuk mengetetahui strategi pembelajaran dengan Konsep Dasar Pola
Sistem Belajar Mandiri[3]
C. Konsepsi
Dan Penerapan Sistem Belajar Mandiri
Sistem Belajar Mandiri Salah Satu Aplikasi Teknologi Pendidikan Penerapan
teknologi pendidikan sangatlah luas dalam satu rangkaian sistem yaitu yang
bersifat mikro dan bersifat makro.Taknologi pendidikan merupakan suatu konsep
yang masih relatif baru.Secara ringkas dapat disebutkan bahwa teknologi
pendidikan sebagai suatu konsep, mengandung sejumlah gagasan dan
rujukan.Gagasan yang ingin diwujudkan adalah agar setiap pribadi dapat
berkembang semaksimal mungkin dengan jalan memanfaatkan teknologi sedemikian
rupa sehingga selaras dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan.Rujukan
konsep itu merupakan hasil sintesi dari gejala yang diamati dan kecenderungan
yang ada.
Analisis empirik terhadap sistem belajar mandiri yang dilakukan untuk
menghasilkan manfaat penerapan teknologi instruksional :[4]
1.
Meningkatkan produktifitas pendidikan
dengan jalan :
a)
Memperlaju penerapan bahan
b)
Membantu guru untuk menggunakan waktunya
secara lebih baik
c)
Mengurangi beban guru dalam menyajikan
informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan mengembangkan kegiatan
belajar anak didik
2.
Memberikan kemungkinan pendidikan yang
sifatnya lebih individual dengan jalan :
a)
Mengurangi kontrol guru yang kaku dan
tradisional
b)
Memberikan kesempatan anak didik untuk
berkembang sesuai perkembangan perorangan mereka
3.
Memberikan dasar pembelajaran yang lebih
ilmiah dengan jalan:
a)
Perencanaan program pembelajaran secara
bersistem
b)
Pengembangan bahan ajaran yang dilandasi
penelitian
4.
Memungkinkan belajar lebih akrab, karena
dapat :
a)
Mengurangi jurang pemisah antara
pelajaran didalam dan diluar sekolah
b)
Memberikan pengalaman tangan pertama
5.
Memungkinkan pemerataan pendidikan yang
bermutu, terutama dengan :
a)
Dimanfaatkan bersama tenaga atau kejadian
langka
b)
Didatangkannya pendidikan kepada mereka
ytang memerlukan Analisis ini dilakukan dengan harapan bahwa keberadaan
teknologi pendidikan dapat dimanfaatkan dan benar-benar mampu menjadi solusi
terhadap pemecahan semua permasalahan bejara, baik yang bersifat mikro ataupun
makro.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem belajar mandiri merupakan satu tawaran konsep dalam pengembangan
strategi pembelajaran, sebagai solusi pemecahan permasalahan pendidikan yang
menjadi garapan bidang teknologi pendidikan.Dimana telah disebutkan dimuka
bahwa teknologi pendidikan membantu memecahkan maslah belajar.
Masalah belajar yang bersifat mikro maupun makro.Menurut penulis strategi
pembelajaran merupakan permasalahan yang bersifat mikro. Beberapa masala
belajar-mengajar yang bersifat mikro, misalnya adalah :
1. Sulit mempelajari konsep yang abstrak
2. sulit membayangkan peristiwa yang telah lau
3. Sulit mengamati sesuatu objek yang terlelu kecil/besar
4. Sulit memperoleh pengalaman langsung
5. Sulit memahami pelajaran yang diceramahkan
6. Sulit untuk memahami konsep yang rumit
7. Terbatasnya waktu untuk belajar Masalah tersebut dapat diatasi dengan
menggunakan berbagai kombinasi komponen sistem pembelajaran. Misalnya, masalh
pada butir 1 s/d 4 dapat diatasi dengan digunakannya media pembelajaran.Masalah
tersebut pada butir 5 s/d 7 dapat diatasi dengan mengkombinasikan pesan dengan
teknik pembelajaran tertentu.
Namun, perlu ditegaskan bahwa untuk pemecahan masalah ini tidak mungkin
dilakukan hanya dengan dasar institusi ataupun peniruan begitu saja. Guru harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus untuk keperluan itu, yaitu
dibidang teknologi pendidikan. Proses belajar mandiri, diharapkan dapat memberi
kesempatan para peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan
guru. Mereka mengikutikegiatan belajar belajar dengan materi ajar yang sudah
dirancang khusus sehingga masalah atau kesulitan sudah diantisipasi sebelumnya.
Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak
mengikat, serta melatih kemandirian siswa agar tidak tergantung atas kehadiran
atau uraian materi ajar dari guru.
DAFTAR
PUSTAKA
Prawiradilaga, Dewi Salma, Mozaik Teknologi
Pendidikan, Jakarta
: Kencana, Cetakan ke-2, 2007
Miarso, Yusuf Hadi, Menyemai Benih Teknologi
Pendidikan, Jakarta : Kencana, Cetakan ke-3, 2007
http://rosdianablog.blogspot.com/2009/06/landasan-teori-dan-konsep-sistem.html
akses 10 Desember 2010