BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hakikat bimbingan konseling di sekolah yang dapat mendampingi
siswa dalam beberapa hal. Pertama, dalam perkembangan belajar di sekolah
(perkembangan akademis). Kedua, mengenal diri sendiri dan mengerti
kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak.
Ketiga, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana
yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Keempat, mengatasi masalah pribadi
yang mengganggu belajar di sekolah dan terlalu mempersukar hubungan dengan
orang lain, atau yang mengaburkan cita-cita hidup. Empat peran di atas dapat
efektif, jika BK didukung oleh mekanisme struktural di suatu sekolah
Berbagai kesalah kaprahan dan kasus
malpraktek yang terjadi dalam layanan bimbingan dan konseling selama ini,-
seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai "polisi
sekolah", atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan
bimbingan dan konseling,- sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat
pemahaman dan penguasaan konselor.tentang landasan bimbingan dan konseling.
Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara
asal-asalan, tidak dibangun di atas landasan yang seharusnya.
Oleh karena itu, dalam upaya
memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi
para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa teori-
teori dan cara dalam penangannaya, yang menjadi pijakan dalam setiap gerak
langkah bimbingan dan konseling.
B.
Rumusan Masalah
1.Bagaimana
pengertian Bimbingn Konseling menurut para Ahli?
2.
apa saja Fungsi Bimbingn Konseling?
3.
Teori-toeri apa saja yang ada dalam Bimbingn Konseling?
4.
bagaimana pentingnya Bimbingn Konseling bagi anak?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan
dan konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang
didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1966:3) menemukakan
bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct,
pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau
mengemudikan).
Prayitno dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa
bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun
dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Djumhur dan Moh. Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada
individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan
untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima
dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction)
dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan
potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan,
baik keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun
1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “;;Bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”;
B. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Fungsi
Bimbingan dan Konseling adalah :
- Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
- Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
- Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
- Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
- Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
- Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
- Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
- Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
- Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli
C. Teori-teori Dalam bimbingan konseling
1. Teori Self (Rogers)
Terdapat sejumlah konsep-konsep dasar dalam literature psikologi yang selama bertahun-tahun mendukung teori self.
Diantara begitu banyak teori self, kita dapat menemukan
konsep-konsep yang dikemukakan
oleh Snygg and Combs, Sarbin, Mead, dan Koffka.namun tidak ada diantara mereka
yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan teori self sebagaimana yang dilakukan oleh Carl Rogers. Hampir memiliki kasus yang sama dengan Freud gagasan yang dikemukan oleh Carl Rogers memiliki pengaruh besar dalam bidang
konseling. Meskipun pada waktu yang bersamaan juga telah memunculkan berbagai kontroversi. Pada bukunya Counseling and Psychotherapy tahun 1942. Rogers
terlihat mempunyai keinginan yang demikian kuat untuk membangun
individu dengan harapan setiap orang akan dapat terbebas
dari rasa cemas sehingga dapat hidup nyaman ditengah
masyarakat[1]
a.Tujuan Konseling
menurut Teori self
a.
Tujuan konseling ditentukan oleh klien.
b.
membantu klien menjadi lebih matang dan kembali melakukan self actualization
sehingga ia dapat melakukan aktualisasi diri dengan menghilangkan seluruh
hambatan-hambatan bagi kemajuan dirinya.
c.
Membebaskan klien dari kungkungan tingkah laku yang dipelajarinya selama
ini yang membuatnya dirinya palsu dan terganggu dalam self actualization.
b.Proses Konseling
1. Kondisi-kondisi penting dalam proses konseling
1)
Kontak psikologis dengan klien
2)
Meminimalisasikan tingkat kecemasan klien
3)
Konselor harus tampil apa adanya
4)
Konselor memberikan penghargaan yang tulus
5)
Konselor harus empati dan mengerti keadaan klien
6)
Konselor mampu merubah persepsi klien
2. Proses konseling
7)
Dalam proses konseling konselor harus berupaya agar klien bebas
mengekspresikan perasaannya.
8)
Klaien merasa nyaman berada bersama konselor karena konselor tidak pernah
merespon negatif
9)
Klien didorong sebanyak mungkin menggunakan kata ganti saya
10) Klien didorong untuk melihat
pengalaman-pengalamannya dari sudut yang realistik
11) Klien didorong untuk kembali
menjadi dirinya sendiri.
12) Penghargaan bagi individu
13) Sifat hubungan dalam konseling,
tanggung jawab dalam hubungan konseling diletakkan pada klien bukan pada
konselor
14) Batas waktu konseling. Waktu perlu dibatasi, hal ini disampaikan
kepada klien
15) Fokus kegiatan konseling
adalah terhadap individu klien bukan terhadap masalah
16) Menekankan asas kekinian
(disini dan sekarang)
17) Konselor tidak perlu
mendiagnosis, klienlah yang mendiagnosis dirinya sendiri
18) Lebih menekankan aspek-aspek
emosional dari pada intelektual
19) Konselor tidak perlu
memberikan berbagai informasi kepada klien
20) Tes dipergunakan dengan amat
sangat terbatas.
2. Teori Konseling Rational Emotive
(Albert Ellis) dikenal dengan
Rational Emotive Therapy (R.E.T)Salah satu teori utama mengenai
kepribadian yang ditemukan oleh Albert Ellis dan para penganut Rational Emotive
therapy dikenal dengan “Teori A-B-C-D-E). teori ini merupakan sentral dari
teori dan praktek RET. Secara umu dijelaskan dalam bagan sebagai berikut :
Tujuan konseling Rasional-Emotif
1.
Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi,
cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan
tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri,
meningkatkan self actualizationnya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif
dan afektif yang positif.
2.
Menghilangkan gangguan-gangguan emosional
yang merusak diri sendiri seperti : rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa,
rasa cemas, merasa was-was, dan rasa marah. Konselor melatih dan mengajar klien
untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan
kepercayaan, nilai-nilai dan kemampuan diri sendiri.
Albert Ellis (1973) memberikan
gambaran tentang apa yang dapat dilakukan oleh praktisi rasional-emotive yaitu
:
a)
Mengajak, mendorong klien untuk
menanggalkan ide-ide irasional yang mendasari gangguan emosional dan perilaku.
b)
Menantang klien dengan berbagai ide yang
valid dan rasional.
c)
Menunjukkan kepada klien azas ilogis
dalam berpikirnya.
d)
Menggunakan analisis logis untuk
mengurangi keyakinan-keyakinan irasional (irrational beliefs) klien.
e)
Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan
irasional ini adalah inoperative dan bahkan hal ini pasti senantiasa
mengarahkan klien pada gangguan-gangguan behavioral dan emosional.
f)
Menggunakan absurdity dan humaor untuk
menantang irasionalitas pemikiran klien.
g)
Menjelaskan kepada klien bagaimana
ide-ide irasional ini dapat ditempatkankembali dan disubtitusikan kepada
ide-ide rasional yang harus secara empirik melatar belakangi kehidupannya.
h)
Mengajarkan kepada klien bagaimana
mengaplikasikan pendekatan-pendekatan ilmiah, obyektif dan logis dalam berpikir
dan selanjutnya melatih diri klien untuk mengobservasi dan menghayati sendiri
bahwaide-ide irasional dan deduksi-deduksi hanya kan membantu perkembangan perilaku dan
perasaan-perasaan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
3.
Teori Behavioral (D. Krumboltz, Carl E. Thoresen, Ray E. Hosfor , Bandura, Wolpe)
Konsep behavioral : perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga
dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkresi kondisi-kondisi belajar. Pada
dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman
belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan
masalahnya.
Thoresen (shertzer & Stone 1980, 188)
memberikan ciri-ciri konseling behavioral sebagai berikut:
1.
Kebanyakan perilaku manusia dipelajari
oleh sebab itu dapat diubah.
2.
Perubahan-perubahan khusus terhadap
lingkungan individu dapat membantu dalam mengubah perilaku-perilaku yang
relevan. Prosedur-prosedur konseling berusaha membawa perubahan-perubahan yang
relevan dalam perilaku klien dengan mengubah lingkungan
3.
Prinsip-prinsip belajar spesial seperti :
“reinforcement” dan “social modeling” , dapat digunakan untuk mengembangkan
prosedur-prosedur konseling.
4.
Keefektifan konseling dan hasil konseling
dinilai dari perubahan dalam perilaku-perilaku khusus diluar wawancara
prosedur-prosedur konseling.
5.
Prosedurprosedur konseling tidak statik,
tetap atau ditentukan sebelumnya, tetapi dapat secara khusus didesain untuk
membantu klien dalam memecahkan masalah khusus.
Menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer & Stone, 1980, 190)
konsseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk memecahkan
masalah.interpersonal, emosional dan keputusan tertentu.
Urutan pemilihan dan penetapan tujuan dalan konseling yang digambarkan
oleh Cormier and Cormier (Corey, 1986, 178) sebagai salah satu bentuk kerja
sama antara konselor dan klien sebagai berikut :
metode yang dapat digunakan yang
digunakan dalam teori ini adalah
1.Pendekatan operant
learning hal yang penting adalah pengutan (reinfocement) yang dapat
menghasilkan perilaku klien yang dikehendaki.
2.Metode Unitative
Learning aau social modeling diterapkan oleh konselor dengna merancang suatu
perilaku adaptif yang dpaat dijadikan model oleh klien.
3.Metode Cognitive
Learning atau pembelajaran kognitif merupakan metode yang berupa pengajaran
secara verbal, kontrak antara konselor dan klien, dan bermain peranan.
4.Metode Emotional
Learning, atau pembelajaran emosional diterapkan pada individu yang mengalami
suatu kecemasan.
4. Teori
Psikonalisa (Sigmund Freud, Carl Jung, Otto Rank, William Reich, Karen Honey,
Adler. Harry Stack Sullivan,dll)
Konsep Freud yang anti rasionalisme menekankan motivasi tidak sadar,
konflik, dan simbolisme sebagai konsep primer. Manusia pada hakekatnya bersifat
biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku
merupakan fungsi mereaksi secara mendalan terhadap dorongan-dorongan itu.
Manusia bersifat tidak rasional dan tidak sosial, dan destruktif terhadap
dirinya dan orang lain. Energi psikis yang paling dasar disebut libido yang
bersumber dari dorongan seksual yang terarah kepada pencapaian kesenangan.
Proses konseling
Tujuan konseling
psikoanalitikadalah membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat
yang tidak sadar menjadi sadar dalam diri klien.
1. Proses konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata,
didiskusikan, dianalisa dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksi
kepribadian.
2. Konseling analitik menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman
ketidak sadaran.
3. Tilikan dan pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang lebih
adalah mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri.
4. Satu karakteristik konseling psikonalisa adalah bahwa terapi atau
analisis bersikap anonim (tak dikenal) dan bertindak sangat sedikit menunjukkan
perasaan dan pengalamannya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan
perasaannya kepada konselor. Proyeksi klien merupakan bahan terapi yang
ditafsirkan dan dianalisia.
5. Konselor harus membangun hunbungan kerja sama dengan klien kemudian
melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.
6. Menata proses terapeutik yang demikian dalam konteks pemahaman struktur
kepribadian dan psikodinamika memungkinkan konselor merumuskan masalah klien
secara sesungguhnya. Konselor mengajari klien memaknai proses ini sehingga
klien memperoleh tilikan mengenai masalahnya.
7. Klien harus menyanggupi dirinya sendiri untuk melakukan proses terapi
dalam jangka panjang. Setiap pertemuan biasa berlangsung satu jam.
8. Setelah beberapa kali pertemuan kemudian klien melakukan kegiatan
asosiasi bebas. Yaitu klien mengatakan apa saja ynag terlintas dalam
pikirannya.
5.Konseling Psikologi Individual (Alfred Adler, Rudolph Dreikurs, Martin Son
Tesgard, dan Donal Dinkmeyer)
Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia
dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas (kurang harga
diri). Istilah yang digunakan oleh Adler adalah “inferiority complex” untuk
menggambarkan keadaan perasaan harga diri kurang yang selalu mendorong individu
untuk melakukan kompensasi mencapai keunggulan. Perilaku merupakan suatu upaya
untuk mencapai keseimbangan.
Kompleks rasa
rendah diri (inferiority complex) menurut Adler berasal dari tiga sumber :
a)
Kekurangan dalam hal fisik
b)
Anak yang dimanja
c)
Anak yang mendapat penolakan
Proses Konseling
Tujuan konseling menurut Adler adalah mengurangi intensitas perasaan rasa
rendah diri (inferior), memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam
persepsi, menetapkan tujuan hidup, mengembangkan kasih sayang terhadap orang
lain, dan meningkatkan kegiatan.
Menurut Ansbacher & Anbacher (Shertzer & Stone, 1980, 204) ada
tiga komponen pokok dalam proses konseling :
a)
Memperoleh pemahaman gaya hidup klein yang spesifik, gejala dan
masalahnya, melalui empati, intuisi dan penaksiran konselor. Dalam unsur ini
konselor membentuk hipotesis mengenai gaya
hidup dan situasi klien.
b)
Proses menjelaskan kepada klien, dalam
komponen ini hipotesis gaya
hidup yang dikembangkan dalam komponen pertama harus ditafsirkan dan
dikomunikasikan dengan klien sehingga dapat diterima. Psikologi individual
menekankan pentingnya membantu klien untuk memperoleh tilikan terhadap
kondisinya.
c)
Proses memperkuat minat sosial, klien
dengan menghadapkan mereka, secara seimbang, dan menunjukkan minat dan
kepedulian mereka.
D. Kepentingan Bimbingan konseling
bagi psikologi anak
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian
psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan
motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar;
dan (e) kepribadian.
a. Motif dan Motivasi anak
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang
berperilaku baik motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli
yang dimiliki oleh individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas
dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti
rekreasi, memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya.
Selanjutnya motif-motif tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan,– baik dari
dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi
ekstrinsik)–, menjadi bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang
mengarah pada suatu tujuan.
b. Pembawaan anak dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk
dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa
sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik,
seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau
ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang
perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada
lingkungan dimana individu itu berada.
Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki
pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya
dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat
kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada
individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan
prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat
berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam
lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas
sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan
baik.dan menjadi tersia-siakan.
c.
Perkembangan Individu
(1)
Perkembangan individu berkenaan dengan
proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi
(pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya meliputi aspek fisik dan
psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, pembimbing harus memahami
berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat
arah perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan
faktor pembawaan dan lingkungan.
d.
Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari
psikologi. Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan
dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia
mampu berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar
adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah
ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan
pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek
kognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses
belajar diperlukan prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang
dihasilkan dari kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya. Untuk memahami
tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori belajar
yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori Belajar
Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan
(3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif
konstruktivisme.
e.
Kepribadian
Untuk
menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian
yang sudah banyak dikenal, diantaranya : Teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud,
Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari Adler,
Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan dari
Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons
dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.
Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek
kepribadian, yang mencakup :
(1)
Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam
mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau
pendapat.
(2)
Temperamen; yaitu disposisi reaktif
seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang
datang dari lingkungan.
(3)
Sikap; sambutan terhadap objek yang
bersifat positif, negatif atau ambivalen.
(4)
Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan
reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya
tersinggung, sedih, atau putus asa.
(5)
Responsibilitas (tanggung jawab),
kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan.
Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari
resiko yang dihadapi.
(6)
Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi
yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang
terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan
konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang
didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone (1966:3) menemukakan
bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to direct,
pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau
mengemudikan).
Bimbingan dan konseling Sangat pennting bagi anak karena bimbingan
konseling berfungsi sebagai pemeliharaan, penyesuaian diri bagi anak, adaptasi
anak, pengembangan anak, penyembuhan anak terhadap perilaku menyimpang, dan
sebagainya
Maka bagi konselor untuk menjadi, juga perlu memahami tentang teori-teori
tentang bimbingan agar anak yang membutuhkan bimbingan konseling tersebut dapat tepat sasasaran, dan
tidak salah dalam memberikan bimbingan
B. HAL-HAL YANG PERLU DIDISKUSIKAN
Sedangkan hal-hal yang perlu didiskusikan,
tentang bagaimana tindakan lanjut kepada anak yang sudah diberikan bimbingan
tersebut tidak berubah
C. DAFTAR PUSTAKA
M. Arifin. 2003.
Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta .
PT Golden Terayon Press.
Djumhar dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling). Bandung : CV Ilmu.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan
ke dua.
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan
dan Konseling, Jakarta
: Depdiknas
http://eko13.wordpress.com/ bimbingan-konseling/ akses
10 november 2010
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
BalasHapusFirman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.
Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."
Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Teman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.
Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub."
Maka pergilah Elifas, orang Teman, Bildad, orang Suah, dan Zofar, orang Naama, lalu mereka melakukan seperti apa yang difirmankan TUHAN kepada mereka. Dan TUHAN menerima permintaan Ayub.
Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.
Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas.
TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina.
Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan;
dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh.
Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki.
Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat.
Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur.